Langsung ke konten utama

Tarekat Syadziliyah Dari Timur Sampai Barat (Bag. 2)


Somalangu & Tarekat Syadziliyah

Di Jawa tengah selain Habib Lutfi tarekat syadziliyah juga disebarkan oleh Syekh Afifuddin bin Chanifuddin bin Mahfudz bin Abdurrohman Al Hasani yang berpusat di ponpes Al Kahfi, Somalangu, Sumberadi, Kebumen, alhamdulillah penulis sempat bertemu dengan sahabat saya yang merupakan santri Somalangu, Yusuf, bahkan sempat di berikan batu akik sebagai kenang-kenangan.

Sepulang mondok di Watucongol, Muntilan Syekh Abdurrohman Abdurrohman Al Hasani mengangkat putranya Mahfudz muda menjadi mursyid Thariqah As-Syadziliyah penerus beliau. Tepatnya di usia yang masih 17 tahun, sepulangnya Syeikh As_Sayid Mahfudz pulang dari Pesantren Watucongol, Muntilan beliau diangkat oleh ayahnya menjadi mursyid Thariqah As-Syadziliyyah pada tahun 1336 H/1918 M.

Untuk mengenang peristiwa ini, Syeikh Mahfudz Al-Hasani menyusun sebuah kitab manakib berjudul “Sirajul Qulub” (pelita hati) (1337 H), memuat sejarah perjalanan Imam Abul Hasan Ali As-Syadzili dan faham tasawufnya sampai dengan sanad silsilah ijazah kemursyidan yang sampai kepada beliau.

Mbah Dalhar Watucongol Muntian 

Dari Kebumen kita ke lereng tidar tepatnya di Pesantren Watucongol Muntilan asuhan Kiai Dalhar. Dari sini tarekat syadziliyah disebarkan oleh Mbah Dalhar dan kemudian dilanjutkan oleh anaknya KH. Ahmad Abdu Haq. dari Mbah Dulhaq ijazah kemusrsyidan diturunkan kepada Mbah Sadjadi atau Kiai Abdul Ghoni, 

Beliau juga memperoleh tarekat ini dari Kiai Ma’ruf Mangunwiyoto Tempursari Klaten. Mbah Sadjadi menyebarkan tarekat ini di pusat kota surakarta tepatnya di Masjid Jami M. Thohir Jl. Yosoroto Belakang BSM KC, Laweyan, Solo, Surakarta.

Mbah Sadjadi menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu Pon 21 Maret 1987 bertepatan dengan 22 Rajab 1407 H sekitar pukul 19.00 WIB. Beliau pergi dalam usia 68 tahun. Kepergiannya membawa duka bagi keluarga, sahabat, para ulama dan santri-santri beliau. Kiai Sadjadi meninggalkan seorang istri, Nyai Hj. Chammah Sadjadi, 5 putra dan 3 putri.


Di kaki gunung Sindoro, Parakan Temanggung ada juga salah satu murid Mbah Dalhar yang menjadi mursyid, pejuang revousi ini terkenal dengan ponpes Kyai Parak Bambu Runcing, adalah KH. Muhaiminan Gunardo atau Mbah Hinan (wafat 2 Oktober 2007) putra Raden Abu Hasan, yang lebih dikenal dengan nama K.H. Sumomihardho ini masih keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II.

Sementara ibundanya, Hj. Mahwiyah, adalah putri Kiai Badrun, sesepuh Parakan yang berpengaruh karena kedalaman ilmu agamanya. Salah satu murid KH. Muhaiminan dikenal sebagai pendekar di kota Solo adalah Almarhum KH. Hilal Adnan atau akrab disapa Mbah Kaji pimpinan Thoriqoh Syadziliyah di Solo Jawa Tengah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wan Ali, Sang Godfather Tanah Betawi

Wan Ali dan Habib Ali Bungur Ada satu nama di wilayah Kebon Nanas Jakarta Timur yang sangat disegani pada era tahun 1950-an. Wan Ali namanya. Orangnya gagah, tubuh tinggi besar, berdada bidang, berkulit putih bersih dengan wajahnya yang rupawan. Ia lebih memilih kuda berwarna putih sebagai tunggangannya sehari-hari. Kalau sedang menunggang kuda salah-salah orang bisa mengira ia adalah orang Belanda yang tengah patroli keliling kampung.  Pemerintah RI tidak mengenalnya sebagai pahlawan, namun semua jawara Betawi yang hidup sejaman dengan Wan Ali tahu kalau Wan Ali secara terang-terangan telah seringkali melakukan serangkaian perlawanan kepada pemerintah Belanda dan Jepang, sama seperti yang dilakukan para pahlawan lain.  Bedanya, pemerintah Belanda dan Jepang tidak terlalu berani ambil resiko berhadapan dengan orang satu ini. Dan satu lagi, Wan Ali secara prinsip berseberangan dengan para jawara beraliran hitam. Dunia Betawi saat itu mengenal Wan Ali sebagai prib...

Manaqib Al Imam Asy-Syadzili Karya Mbah Dalhar Watucongol

Berisi 46 halaman ,sebuah manaqib ringkas Quthbil Aqthob Syekh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili qoddasallahu sirrohu  karya Mbah Dalhar bin Abdurohman Watucongol Magelang ditulis ulang oleh KH. Zimam Hanif  dengan sanad dari Mbah Muhaiminan Gunardo Parakan Temanggung dan diterbitkan oleh Jam'iyyah Solawat Ala Sayidis Sadat Rotib dan Manakib "Asy Syarifiyyah" Krapyak Lor III A No.1 Kota Pekalongan. Mbah Dalhar Quthbil Aqthob Syekh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili  qoddasallahu sirrohu dilahirkan di Syadzilah, Ghumaroh, Afrika Utara - saat ini masuk ke dalam teritorial negara Maroko- tahun 593 H / 1196 M. Di usia 6 tahun pergi ke Tunis, hatinya terenyuh melihat wabah kelaparan di sana, dia memohon agar bisa menolong orang-orang yang kelaparan, atas ijin Allah dia mendapatkan uang secara 'tajrid' dari Allah dan ia gunakan untuk membeli roti untuk penduduk yang kelaparan. Makam Imam Asy-Syadzili di Mesir Saat itu bertepatan hari jum'at, kumandang azan menuntun Imam Asy-Sya...

Jawaban Atas Pertanyaan Khariz El-Mall - Part 1 -

Koreksi akibat gaya tarik bulan tidak ada di kitab hakiki bi tahkik semisal Nurul Anwar dan Khulasoh,. tapi ini menarik untuk di kaji. sebab sebetulnya setiap variabel apapun pasti memberikan pengaruh, gaya tarik bulan menyebabkan terjadinya pasang surut permukaan air laut /selanjutnya ditulis Pasut/. Pasut adalah poin penting dalam penentuan Mean Sea Level .. permukaan air rata2 akan berdampak pada ketinggian/elevasi suatu tempat. seperti kita ketahui elevasi suatu tempat pengamatan dari permukaan laut adalah salah satu poin penting dalam rumusan penentuan arah kiblat/waktu solat atau pengamatan benda langit. mestinya ada data update ketinggian suatu tempat dari permukaan dari masa ke masa. Variasi, apakah yg dimaksud variasi magnetik, kalo yah. variasi megnetik di kitab Hakiki bi Tahkik tak ada. variasi magnetik biasanya disediakan oleh badan resmi milik pemerintah atau peneliti yg mengamati beda magnetik bumi selama kurun waktu tertentu, kalo tuk ngitung arah kiblat wajib tapi kalo ...