Langsung ke konten utama

Tarekat Syadziliyah Dari Timur Sampai Barat (Bag. 3)




Di Solo dan sekitarnya tarekat Syadziliyah sudah berkembang lama. Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) pendiri Pondok Pesantren Singo Manjat Tempursari Klaten ada salah satu mursyidnya. Sama seperti di Sumolangu di kemudian hari banyak anak cucu dan muridnya yang melanjutkan kemursyidan tarekat Syadziliyah.

Kiai Imam Razi adalah putra Kiai Maryani bin Kiai Wirononggo II bin Kiai Wirononggo I bin Kiai Singo Hadiwijoyo bin Kiai Tosari bin Kiai Ya’kub bin Kiai Ageng Kenongo. Ia lahir pada tahun 1801 M. Sejak kecil ia belajar agama dari ayahnya, Kiai Maryani, kemudian berguru kepada Kiai Rifai, yang sekarang makamnya ada di Gathak Rejo, Drono Klaten. Ia juga berguru kepada Kiai Abdul Jalil Kalioso bersama Kiai Mojo, Penasihat Pangeran Diponegoro.

Kiai Abdul Muid adalah dzuriyah beliau dari melaui jalur Ibu Ny. Thohir, putri Kiai Zaid, yang berasal dari Gabudan, Solo. Kiai Muid inilah yang melanjutkan pembaitan tarekat Syadziliyah. Kiai Muid belajar kepada Syekh Abdurrohman Al Hasani Somalangu dan Kiai Idris bin Zaid Jamsaren Solo. Beliau wafat hari Jumat Pahing, 8 Shafar 1360 H bertepatan tanggal 7 Maret 1941.

Di Boyolali tarekat ini disebarkan kembali oleh murid Kiai Muid yakni Kyai Soeratmo Muhammad Idris atau yang lebih dikenal dengan Mbah Idris Kacangan, dilahirkan pada tanggal 1 april 1913 M, putra KH. Amir Hasan Yogyakarta dan Ny. Aisyah binti KH. Idris Boyolali. Beliau wafat pada hari rabu pon tanggal 26 Jumadil Akhir 1423 H/4 September 2002.

Beliau mendalami dan Bai’at Thoriqoh Szadziliyyah sejak muda kepada beberapa mursyid/Guru Thoriqoh, antara lain KH. Abdul Mu’id Tempursari Klaten, KH. Ahmad Siroj Keprabon, Solo, KH. Abdul Rozaq Tremas Pacitan dan KH. Ahmad Ngadirejo, Solo dan KH. M. Idris Jamasaren, Solo.

Bertemu langsung dengan Syeikh Soleh Mufthi Al Hanafi di Makkatul Mukaromah dan syeikh Ahmad Nahrowi Muhtarom Al Banyumasi Makkah. Semenjak beliau menjadi Mursyid, telah puluhan ribu jumlah anggota yang diasuh, terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat. Bahkan beberapa bulan sebelum beliau wafat, beliau masih sempat memba’aiat sekitar 200 orang sambil tiduran karena sudah udzur atau sakit, dan dilakukan bersama atau dijamak.

Selanjutnya ada juga putra Kiai Muid yakni KH. Muh Ma’ruf Mangunwiyoto Jenengan, Solo, murid sekaligus anak yang meneruskan pembaitan tarekat Syadziliyah. Penulis sempat membaca salah satu karya beliau berupa manakib Imam Asy Syadzili dalam bahasa jawa.


Murid lain Kiai Muid yang mengembangkan tarekat Syadziliyah adalah KH. Muhammad Samiun bin Muhamad Ma'sum Karangsalam Banyumas. Kiai Samiun belajar tarekat Syadziliyah kepada KH Abdullah bin Abdul Muthalib Kaliwungu, Kendal. Penerus tarekat beliau adalah KH Zaid Abu Mansyur Lesmana dan KH Abu Hamid Beji.

KH. Abu Hamid Beji



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wan Ali, Sang Godfather Tanah Betawi

Wan Ali dan Habib Ali Bungur Ada satu nama di wilayah Kebon Nanas Jakarta Timur yang sangat disegani pada era tahun 1950-an. Wan Ali namanya. Orangnya gagah, tubuh tinggi besar, berdada bidang, berkulit putih bersih dengan wajahnya yang rupawan. Ia lebih memilih kuda berwarna putih sebagai tunggangannya sehari-hari. Kalau sedang menunggang kuda salah-salah orang bisa mengira ia adalah orang Belanda yang tengah patroli keliling kampung.  Pemerintah RI tidak mengenalnya sebagai pahlawan, namun semua jawara Betawi yang hidup sejaman dengan Wan Ali tahu kalau Wan Ali secara terang-terangan telah seringkali melakukan serangkaian perlawanan kepada pemerintah Belanda dan Jepang, sama seperti yang dilakukan para pahlawan lain.  Bedanya, pemerintah Belanda dan Jepang tidak terlalu berani ambil resiko berhadapan dengan orang satu ini. Dan satu lagi, Wan Ali secara prinsip berseberangan dengan para jawara beraliran hitam. Dunia Betawi saat itu mengenal Wan Ali sebagai prib...

Manaqib Al Imam Asy-Syadzili Karya Mbah Dalhar Watucongol

Berisi 46 halaman ,sebuah manaqib ringkas Quthbil Aqthob Syekh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili qoddasallahu sirrohu  karya Mbah Dalhar bin Abdurohman Watucongol Magelang ditulis ulang oleh KH. Zimam Hanif  dengan sanad dari Mbah Muhaiminan Gunardo Parakan Temanggung dan diterbitkan oleh Jam'iyyah Solawat Ala Sayidis Sadat Rotib dan Manakib "Asy Syarifiyyah" Krapyak Lor III A No.1 Kota Pekalongan. Mbah Dalhar Quthbil Aqthob Syekh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili  qoddasallahu sirrohu dilahirkan di Syadzilah, Ghumaroh, Afrika Utara - saat ini masuk ke dalam teritorial negara Maroko- tahun 593 H / 1196 M. Di usia 6 tahun pergi ke Tunis, hatinya terenyuh melihat wabah kelaparan di sana, dia memohon agar bisa menolong orang-orang yang kelaparan, atas ijin Allah dia mendapatkan uang secara 'tajrid' dari Allah dan ia gunakan untuk membeli roti untuk penduduk yang kelaparan. Makam Imam Asy-Syadzili di Mesir Saat itu bertepatan hari jum'at, kumandang azan menuntun Imam Asy-Sya...

Jawaban Atas Pertanyaan Khariz El-Mall - Part 1 -

Koreksi akibat gaya tarik bulan tidak ada di kitab hakiki bi tahkik semisal Nurul Anwar dan Khulasoh,. tapi ini menarik untuk di kaji. sebab sebetulnya setiap variabel apapun pasti memberikan pengaruh, gaya tarik bulan menyebabkan terjadinya pasang surut permukaan air laut /selanjutnya ditulis Pasut/. Pasut adalah poin penting dalam penentuan Mean Sea Level .. permukaan air rata2 akan berdampak pada ketinggian/elevasi suatu tempat. seperti kita ketahui elevasi suatu tempat pengamatan dari permukaan laut adalah salah satu poin penting dalam rumusan penentuan arah kiblat/waktu solat atau pengamatan benda langit. mestinya ada data update ketinggian suatu tempat dari permukaan dari masa ke masa. Variasi, apakah yg dimaksud variasi magnetik, kalo yah. variasi megnetik di kitab Hakiki bi Tahkik tak ada. variasi magnetik biasanya disediakan oleh badan resmi milik pemerintah atau peneliti yg mengamati beda magnetik bumi selama kurun waktu tertentu, kalo tuk ngitung arah kiblat wajib tapi kalo ...